03 November 2012

Memasak Menggunakan Metode Statistik

ilustrasi memasak Begitu membaca judul postingan saya di atas, sebagian besar dari anda mungkin bertanya-tanya. Pertanyaan yang muncul bisa beragam, bahkan pertanyaan yang bernada keheranan bisa saja muncul, semisal, Bagaimana mungkin memasak dengan menggunakan metode statistik? Sementara statistik sendiri punya dua makna. Makna pertama statistik sebagai disiplin ilmu, makna kedua statistik sebagai ukuran.

Kalau begitu, lalu apa kaitannya memasak dengan statistik. Apakah untuk memasak harus pintar ilmu statistik dulu, atau apakah di ilmu statistik dipelajari cara memasak?

Untuk menjelaskan maksud yang ingin saya sampaikan dari kata-kata dalam judul postingan ini, saya ajak anda untuk mencermati proses yang dilalui ketika sedang memasak. Anda tentunya sudah pernah melihat orang memasak. Semisal, melihat ibu atau pembantu memasak di rumah, melihat penjual nasi goreng memasak nasi goreng.

Lalu apa yang anda lihat sewaktu mereka memasak? Apa yang dilakukan ibu atau pembantu ketika memasak sayur, ataupun apa yang dilakukan penjual nasi goreng sewaktu memasak, sejatinya mereka sedang menerapkan kaidah-kaidah statistik dalam membuat masakan.

Teori-teori yang dipelajari dalam ilmu statistik diantaranya adalah teori tentang pendugaan sebuah populasi dari sebuah sampel. Populasi sendiri dimaknai sebagai sekumpulan objek dalam penelitian, sementara sampel dimaknai sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah populasi. Teori berikutny yang juga dipelajari dalam ilmu statistik adalah teori melakukan peramalan, atau biasa disebut forecasting.

Metode Pendugaan Populasi

Pada saat memasak sayur, ibu atau pembantu biasanya akan mencicipi masakannya sebelum betul-betul dihidangkan. Apakah terlalu asin, kurang manis, atau kurang pedas. Tujuannya tak lain untuk memastikan cita rasa agar sesuai selera. Cara mencicipinya dengan cara mengambil sesendok sayur yang sedang dimasak, kemudian dikecap dengan lidah.

Untuk memilih bagian mana dari sayur yang sedang dimasak yang akan dicicipi juga ada tidak asal mengambil, harus dipilih bagian yang betul-betul bisa mewakili keseluruhan sayur. Misal caranya dengan diaduk terlebih dahulu sebelum dicicipi, harapannya dengan diaduk maka pada bagian manapun dari sayur itu akan sama rasanya. Misal dari mencicipi itu didapatkan hasil bahwa rasanya sudah pas sesuai dengan selera, maka dipastikan bahwa semua sayur yang sedang dimasak akan sama rasanya dengan sesendok cicipan tadi.

Diputuskanlah bahwa masakan sayur sudah siap dan layak dihidangkan untuk disantap. Jadi untuk memastikan bahwa semua sayur yang dimasak sudah sesuai selera atau belum, hanya perlu mengambil sedikit saja, tidak perlu dicicipi semuanya.

Pada kasus memasak sayur tersebut, sudah dilakukan metode statistik pendugaan populasi dari sebuah sampel. Populasi pada kasus tersebut adalah keseluruhan sayur yang sedang dimasak, sementara yang menjadi sampel adalah satu sendok sayur yang dicicipi.

Kemudian proses mengaduk keseluruhan sayur sebelum diambil sesendok untuk dicicipi merupakan cara/teknik pemilihan sampel. Teknik memilih sampel memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan hasil pendugaan terhadap populasi, karena ketika teknik memilih sampelnya tidak tepat, hampir dapat dipastikan pendugaan populasinya pun akan tidak tepat.

Metode Peramalan

Pun demikian halnya dengan penjual nasi goreng yang sedang memasak nasi gorengnya. Kalau kita perhatikan, saat memasak nasi goreng untuk porsi tertentu, katakana 5 porsi, penjual seakan sudah hapal diluar kepala berapa garam yang harus dimasukkan, berapa vitsin yang harus ditambahkan, berapa kecap yang harus dituang, berapa banyak sayuran yang harus dicampurkan. Kemudian berapa lama waktu memasaknya.

Berdasarkan pengamatanya yang sudah berulang-ulang dalam memasak nasi goreng, si penjual amat mahir meracik semua bumbu dengan takaran yang pas dengan waktu memasak yang juga pas, sehingga nasi goreng yang disajikan memiliki cita rasa yang enak. Ini semua sejatinya si penjual sedang menerapkan kaidah-kaidah statistik, yaitu peramalan.

Metode peramalannya hanya mendasarkan pengamatan yang dilakukan berulang-ulang sebelum-sebelumnya dari kebiasaannya memasak nasi goreng. Metode peramalan ini disebut metode naïve. Meramalkan sesuatu berdasarkan perilaku objek yang sama dan berulang selama pengamatan, hingga didapat suatu kesimpulan dari pengamatn tersebut.

Jadi, sadar atau tanpa disadari, dalam melakukan suatu aktivitas ternyata terdapat unsur statistik di dalamnya. Sudah siap memasak dengan menggunakan metode statistik? (*)

No comments:

Post a Comment