09 November 2012

Kolaka Bukan yang Termiskin di Sulawesi Tenggara

miskin Pada Kamis (8/11/2012) Kompas.com menurunkan berita bertajuk BPS: Kolaka Termiskin di Sulawesi Tenggara. Terkait pemberitaan tersebut, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dikoreksi.

Pertama, pada paragraf pertama pemberitaan disebutkan bahwa saat ini Kolaka berada di urutan pertama angka kemiskinan di Sulawesi Tenggara dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 56.887 jiwa atau 17,62 persen dari total penduduk Kolaka sebanyak 314.812 jiwa.

Angka kemiskinan yang keluarkan oleh BPS adalah angka kemiskinan yang menggambarkan kemiskinan di Kolaka untuk tahun 2011, kondisi September 2011, bukan kondisi saat ini (2012) sebagaimana tertulis di pemberitaan. BPS Merilis jumlah penduduk miskin di Kolaka sebanyak 56.887 jiwa atau 17,62 persen. Persentase penduduk miskin diperoleh dengan merasiokan jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk. Angka kemiskinan yang dirilis adalah kondisi September 2011 dengan jumlah penduduk Kolaka pada September 2011 sebanyak 322.796 jiwa, bukan 314.812 jiwa. Sehingga diperolehlah persentase penduduk miskin sebesar 17,62 persen.

Ditilik dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin Kolaka sebanyak 56.887 jiwa memang yang terbesar di antara kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Tenggara. Namun, ditilik dari sisi persentase penduduk miskin, Kolaka bukanlah yang termiskin di Sulawesi Tenggara. Masih ada kabupaten dengan tingkat persentase penduduk miskin sebesar 18,76 persen, yaitu Kolaka Utara, walaupun jumlah penduduk miskin Kolaka Utara hanya 23.306 jiwa, tidak lebih setengahnya dari jumlah penduduk miskin Kolaka. Tidaklah tepat menggunakan ukuran jumlah penduduk miskin untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar wilayah.

Kedua, "(Angka kemiskinan) masih jauh di bawah standar nasional. Masih butuh beberapa tahun lagi agar jumlah penduduk miskin di Kolaka di bawah target nasional. Saat ini di Kolaka penekanan laju pendudukan miskin masih kita nilai sangat lambat, sebab periode tahun 2010 hingga 2011 hanya sebesar 1,6 persen. Kenapa Kolaka paling tinggi di Sulawesi Tenggara, karena Kolaka lah yang memiliki penduduk terbanyak di Sultra,".

Ditinjau dari capaian penurunan tingkat kemiskinan Nasional, penurunan kemiskinan Kolaka masih di bawah penurunan kemiskinan Nasional. Pada 2011 tingkat kemiskinan nasional menyisakan 12,49 persen, dari semula 13,33 persen pada 2010. Sementara pada tahun 2011 tingkat kemiskinan Kolaka masih 17,62 persen, dari semula 18,90 persen. Untuk mencapai tingkat kemiskinan sebagaimana capaian nasional, Kolaka tentu membutuhkan waktu beberapa tahun ke depan. Bahkan untuk Sulawesi Tenggara, dari 12 kabupaten/kota, baru Kota Kendari dan Kota Baubau yang mampu melampaui capaian nasional dalam tingkat kemiskinan.

Ketiga, “…namun berdasarkan garis kemiskinan, Kolaka justru lebih rendah. Pengeluaran rata-rata penduduk dihitung berdasarkan harga minimal makanan yang dibeli maupun tidak, hanya Rp 258.963 per kapita per bulan. Jika dibandingkan dengan Kolaka Utara, maka Kolaka masih berada di atas Kolaka Utara yang mencapai Rp 312.645, sementara untuk nasional angkanya Rp 233.740.”

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Seseorang/penduduk dikatakan miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).

Penduduk Kolaka dikatakan miskin jika rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya di bawah Rp 258.963,-. Sementara di Kolaka Utara seseorang/penduduk dikatakan miskin jika rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya di bawah Rp 312.645,-. Jika mau dibandingkan, seseorang dengan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan Rp 300.000,- di Kolaka tidak lagi terkategori miskin, namun di Kolaka Utara masih terkategori miskin.

Kiranya perlu kehati-hatian dalam memahami angka-angka statistik, sehingga tidak diperoleh penafsiran ataupun pemahaman yang bias.

No comments:

Post a Comment